Tepat tanggal 2 Januari tahun lalu, saya berhasil memutuskan hubungan saya dengan universitas alias lulus. Tepat kemarin, kita telah berganti tahun menjadi 2016. Pergantian tahun saya habiskan bersama teman-teman saya, hanya duduk, ngobrol, dan makan. Saat pergantian tahun resmi terjadi kemudian saya ingat satu peristiwa saat saya masih kecil, saya juga ceritakan ini kepada kakak saya, berikut ceritanya: "Sekitar tahun 1998, seorang anak kecil yang masih berada di bangku awal sekolah dasar membuat catatan di buku tulisnya. Ia selalu menuliskan tanggal, hari, dan tahun di pojok kanan atas buku tulisnya. Saat itu dia menuliskan tahun 2020 di pojok kanan atas buku tulisnya dan seketika dia menertawakannya, lalu berkata pada kakak perempuannya bahwa tidak mungkin ada tahun 2020, karena tahun 2020 itu angka yang sangat besar dan terkesan sangat jauh di masa depan" Itu adalah memori yang muncul di kepala saya saat melihat perubahan tahun terjadi. Menurut kakak saya, baginya saat dulu saya menertawakan keberadaan tahun 2020, baginya saya hanyalah anak kecil yang naif atau mungkin bodoh (naif dan bodoh perbedaannya sangatlah tipis, seperti pembalut modern). Demikian halnya dengan posisi saya sekarang mengenang peristiwa yang terjadi saat saya masih kecil, betapa bodoh atau naifnya saya saat masih kecil. Saya akui, saya ingat perasaan membayangkan angka 2020 di kondisi saat itu tahun 1998. Mungkin saya yang memang tidak punya kemampuan yang baik sejak masih kecil jadi tidak bisa menghitung dalam dua tahun, 1998 akan berubah menjadi 2000.
1 Januari 2016 kemarin, membuat saya sadar kenaifan saya masih kecil akan 2020 hanyalah berjarak 4 tahun dari sekarang. Akhirnya saya akan menginjak tahun 2020 yang hanya ada di angan-angan anak kecil tahun 1998. Masa depan sendiri membuat beberapa orang takut, karena siapa yang tahu akan masa depan? Kecuali bagi mereka yang mempunyai indera ke-enam, hal ini akan berbeda. Bagi saya yang orang biasa, masa depan tentu membuat perut sedikit melilit. Kemudian muncul pertanyaan, apa yang saya lakukan di tahun lalu akan membawa hasil yang baik di masa depan? Jawaban untuk pertanyaan terakhir, jika itu saya tanyakan ke kakak saya, dia mungkin akan menjawab "mungkin" atau "belum tentu". Memang itu jawaban yang benar, kita tidak bisa berharap apa yang kita lakukan sebelumnya akan membuahkan keberhasilan di masa depan, mungkin atau pasti kita menemukan kegagalan. Kadang rasa kecil hati muncul saat melihat di tahun lalu banyak teman-teman saya yang setelah lulus dapat pekerjaan, bisa jalan-jalan dengan gratis, atau menemukan keberhasilan-keberhasilan dalam kehidupannya. Namanya juga manusia, saya boleh lah merasa iri, tetapi kembali lagi setiap orang punya kehidupannya masing-masing. Apa yang saya kejar dan teman-teman saya kejar kan berbeda, jadi saya anggap iri hati saya sia-sia. 2015 saya anggap, saya berhasil dalam apa yang saya coba perjuangkan. Tapi perjalanan saya masih panjang untuk apa yang sedang saya perjuangkan dan usahakan sekarang, jadi rasa iri hati yang sia-sia akan orang lain pasti muncul. Namanya juga manusia kan. 2016 baru berjalan dua hari. Sebelumnya saya sempat penasaran apa yang akan terjadi dengan saya di tahun ini. Namun, semua jawaban yang saya temukan tetap saja menjadi rahasia, karena semua belum terjadi kan? Jadi, selamat tahun baru, selamat penasaran dengan nasib kalian tahun ini!
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2016
|