Mungkin beberapa (kalau) ada yang pernah baca blog gue sebelumnya sekitar bulan Juni 2010, gue pernah nulis singkat cerita tentang pengalaman gue mengunjungi seorang anak bernama Alm. Yuliana. (nih linknya : http://nistatanpakata.blogspot.com/2010/06/anak-anak.html dan http://nistatanpakata.blogspot.com/2010/11/blog-post.html)
Jadi kalau gue boleh mengulang cerita, anak ini menderita penyakit kanker darah, kalau gue nggak salah lagi namanya leukimia. Gue mengenal anak ini dari mamanya Andri temen gue. Gue saat itu kondisinya dalam masa libur setelah kelulusan, gue nganggur dan menawarkan diri untuk menjadi volunteer di yayasan mamanya (YKAKI, Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia). Lalu lanjut cerita gue diceritakanlah mengenai Alm. Yuliana ini yang tinggal di Karawang. Gue yang saat itu mendengar tanpa pikir panjang memutuskan pergi kesana dan mengunjunginya. Jujur sampai sekarang pun gue masih ingat betul situasi disana dan apa yang gue rasakan.Bagaimana keadaan keluarganya dan keadaan dia sendiri, masih kecil tapi sakit yang dia rasakan itu luar biasa. Kenapa gue membahas ini lagi, karena gue tadi pagi nggak sengaja lihat DP (display picture) BBM mamanya Andri, dia masuk sebuah acara televisi swasta, dan gue langsung nonton. Dari acara itu menggugah kembali ingatan gue sama pengalaman gue dulu. Saat itu gue bener-bener langsung mikir kalau gue sampai sekarang masih mau membantu mereka, entah siapapun itu dan dalam kondisi apapun. Belakangan ini kakak gue menyuruh gue untuk fokus kegiatan di luar kampus apa yang akan gue pilih. Gue sebelumnya terlalu banyak keinginan, seperti magang dan les bahasa asing. Lalu setelah menonton acara itu dan ingatan gue kembali ke pengalaman gue, gue jadi sadar apa yang gue mau. (Insyaallah) gue mau kerja sosial, membantu mereka yang memang membutuhkan. Memang mungkin terdengar sangat klise, tapi ya ini impian gue, semoga aja ada sarananya yang gue temuin di Jogja sini.
0 Comments
Setelah lama nggak menulis dengan benar dan posting terakhir hanya membahas mengenai lagu si OM Sera itu, gue disini mau sedikit cerita tentang 2 minggu awal masa perkuliahan gue. Judul yang kali ini gue pilih adalah SKS, bagi yang masih asing dengan istilah ini, SKS merupakan sistem kredit semester yang digunakan mahasiswa dalam mengambil mata kuliah. Banyaknya pengambilan SKS juga menentukan cepat atau tidaknya kita lulus, karena kelulusan ditentukan oleh akumulasi SKS yang sudah kita ambil memenuhi atau tidak.
Gue sendiri saat ini berada di semester 3, dua semester sebelumnya gue mengambil jumlah SKS yang (biasanya) maksimal sebagai seorang mahasiswa, yaitu 24 SKS. Namun, berbeda dengan semester 3 ini, gue mengambil 21 SKS, dimana (biasanya lagi) itu jumlah yang cukup sedikit bagi seorang mahasiswa yang sebelumnya biasa mengambil 24 SKS. Alasan gue mengambil 21 SKS ini pun sangat dipengaruhi oleh Ibu gue. Beliau menyarankan gue untuk mengambil jumlah SKS yang sedikit saja, mengapa? Karena baginya dengan jumlah SKS yang sedikit gue jadi bisa fokus dengan apa yang gue ambil, dan gue mempunyai waktu untuk kegiatan di luar kampus. Hal itu ada benarnya juga bagi gue, melihat semester sebelumnya jadwal gue sangat padat sampai akhirnya gue sering jenuh dan jadi keseringan main lalu hasilnya adalah IP (indeks prestasi) mendjadi turun. Hal aneh lainnya adalah Ibu gue berpesan, "Jangan lulus cepat-cepat, kamu mau jadi apa emang? Pelan saja tapi pasti dengan apa yang kamu pelajari, dan kamu bisa berkembang di luar dunia kampusmu." Baru sebentar bergaul dengan para senior di kampus, pulang-pulang langsung mengunduh salah satu lagu yang diperdengarkan beberapa hari yang lalu, azeg.
http://www.dangdut-koplo.com/musik/dangdut/1561-bring-me-to-life-via-vallen-sera Ini adalah posting pertama gue di blog ini. Dari judulnya ini cukup mewakili keseluruhan cerita yang akan gue ceritakan. Namun, untuk memperjelas, judulnya bukan dibaca dengan "satu" tapi dibaca "pertama". Jadi semua cerita adalah hal pertama yang gue alami akhir-akhir ini. Liburan. Tahun ini adalah liburan pertama gue setelah satu tahun resmi menjadi mahasiswi. Di liburan ini gue memutuskan untuk pulang ke Tangerang, di mana rumah gue berada. Namun, sebelumnya gue sempat beberapa hari melarikan diri ke Bali sama temen kuliah. Oke, selama sisa liburan ini gue menghabiskan sebagian besar waktu gue di rumah karena satu dan lain hal. Tapi jangan salah, gue juga pergi-pergi, terutama ketemu temen-temen SMA. Sebagian besar hanya ketemu temen-temen yang terdekat aja. Dan masih menyangkut liburan, gue untuk pertama kalinya naik ke puncak Monas. Gue pergi ke Monas sama temen gue namanya Mara, dia semacam partner kalo urusan jalan-jalan keliling museum. Udah pernah liat Monas kan? Jadi seperti yang kalian lihat di foto, lumayan tinggi kan Monas? Gue adalah orang yang cukup memiliki ketakutan dengan ketinggian. Nah, naik ke puncak Monas adalah mimpi buruk buat gue. Pertama kali naik ke puncak Monas, pertama kalinya juga gue tahu kalau lift untuk naik ke atas itu ternyata jalannya nggak mulus. Satu kata, DIE. Gue seketika langsung sakit perut ditambah lagi satu lift sama bapak-bapak suku bangsanya Batak dengan seenaknya komentar, "wah, ini lift tua juga ya goyang-goyang begini, kalau jatuh asik kali ya, langsung suuuuurrr... turun ke bawah atau nggak macet." Gimana gue nggak makin tegang naik liftnya dan sampai di puncak perasaan juga nggak tenang, sampai turun ke bawah gue bisa tenang sampe rasanya mau sujud syukur.
Liburan gue akhirnya ditutup dengan salah seorang teman terdekat gue pergi ke Belanda buat kuliah. Kalau yang ini, pertama kalinya gue punya teman yang hitungannya dekat dengan gue dan dia pergi jauh. Sebelumnya memang ada, tapi kalau yang satu ini gue kenal hampir ada 6 tahun lebih. Cukup banyak yang terjadi selama kita temenan, pertemanan anak remaja biasa, ada berantem yang sampe bikin nggak ngomong semingguan, sensi sensian juga, sampe kejadian goblok yang terjadi. Terlalu banyak cerita kalau gue harus tulis disini. Disaat terakhir dia di Indonesia gue nggak bisa ketemu karena satu dan lain hal, tapi sebelumnya kita udah lumayan sering ketemuan. Kadang masih sering terasa sedih, karena jarak, perbedaan waktu, yang jadi penghalang untuk bisa seenggaknya ngobrol dan cerita. Tapi teknologi makin canggih kan dan syukurlah bisa membantu! Jadi itu semua hal "pertama" yang sudah gue alami belakangan ini. |
Archives
December 2016
|