Hai! Memasuki akhir di bulan Juli itu tandanya bulan puasa telah datang. Jadi selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan! Oke, sekarang mari kita lihat ke judul tulisan kali ini. Menjadi Artis. Ya, asik kan? Siapa yang enggak suka jadi artis, terkenal, banyak uang, dan masih banyak lagi. Tapi tenang, bukan semua itu yang mau gue bahas, dan bukan semua ke-iri-an gue terhadap mereka. Sebenarnya artis disini digunakan sebagai analogi kecil yang mau gue pakai. Namun, di analogikan dengan apa?
Nah, semua ini bermula dari hasil menganggur di depan Facebook selama berjam-jam. Kadang gue menghasilkan nol besar dari Facebook, tapi tidak kali ini. Di salah satu grup Facebook, gue ikut grup Etnohistori, di dalam grup ini ada salah seorang membagikan alamat sebuah laman. Karena alamatnya cukup kece, jadi lah gue buka dengan tingkat penasaran setinggi dewa (baca: kepo). Setelah gue buka dan hasilnya adalah ke-kaget-an tingkat dewa pula. Gue enggak percaya ada yang membuat laman semacam ini. Buat informasi aja boleh dibuka di http://savemaryam.com Di dalam laman itu dimuat semacam gerakan untuk mencegah orang-orang beragama Islam ke agama lain, dalam hal ini mereka fokus ke agama Kristen. Jujur, gue disini bukan ingin menjelekkan gerakan ini ataupun menentang dan memandang negatif. Gue yakin setiap orang punya hak dan pendapat yang berbeda-beda, dalam hal ini adalah cara pandang yang berbeda mengani berpindah agama. Bagi mereka yang mendirikan gerakan ini berpindah agama itu adalah suatu hal yang salah, apalagi Indonesia dikenal sebagai penganut agama Islam yang besar, dan berpindah agama dari Islam ke agama lain, merupakan kesalahan besar. Ada alasan yang mereka jelaskan di laman mereka, mengapa orang Islam sampai hati berpindah agama ke Kristen. Lagi-lagi itu pandangan mereka, tidak ada yang salah, toh kebenaran enggak ada yang absolut kan? Gue sendiri disini emang cukup kaget dengan adanya laman dan gerakan ini. Penolakan dari diri gue ada, cuma ya itu kan pendapat mereka, harus dihargai juga. Namun, disini gue timbul pertanyaan, segitu hilangnya ya privasi kita sebagai manusia di Indonesia sekarang? Udah kayak artis aja kan, setiap hal kecil atau perubahan kecil yang mereka lakukan menjadi sorotan besar di masyarakat. Apakah kita semua telah menjadi seperti mereka, seperti artis? Contohnya adalah berpindah agama. Agama bagi gue adalah hal yang sangat pribadi, itu adalah urusan gue dengan Tuhan, bukan urusan gue dengan pendapat orang lain. Hubungan gue dengan Tuhan itu gue yang menentukan, karena yang akan menjalaninya kan juga gue, kalau gue mati nanti gue sendirian kan, gak rame-rame? Jadi, agama itu sangatlah hal yang pribadi, termasuk di dalamnya urusan pindah agama. Pindah agama adalah keputusan yang sangat personal, apapun alasan mereka, mereka berhak melakukan hal itu, dan alasan berpindah agama tidak bisa di-sama-ratakan. Mungkin memang ada yang memiliki alasan yang sama, tapi emang semua orang sama? Terus apakah harus jika seseorang pindah agama semua orang ikut terlibat dan ikut campur dengan keputusan kita? Udah kayak artis aja kita kan, hal kayak gini aja di ekspos besar-besaran. Bagi kalian yang mungkin sudah pernah membuka laman tadi, pasti ada yang marah, benci, atau bahkan setuju dengan pendapat gerakan ini. Tenang, semua enggak ada yang salah, namanya juga pendapat pribadi kan. Kalau setuju silahkan, kalau tidak jangan mencerca atau bertindak negatif juga. Tulisan ini juga pendapat saya, kalau suka ya alhamdulillah, kalau enggak suka ya enggak apa-apa
2 Comments
Up. Pernah mendengar? Ya, itu merupakan salah satu judul film yang gue lihat hari ini, di samping menonton (lagi dan lagi) acara Running Man. Baiklah, mari lanjut. Kenapa dan ada apa dengan film 'Up'? Kalian ingat istri si kakek tua, Ellie, dia punya buku di mana berisi segala hal yang mau atau akan ia lakukan? Nah, di halaman pertama buku itu bertuliskan "Things I Want To Do", kira-kira kalau gue enggak salah seperti itu.
So, things I want to do? Berpikir kembali melihat kata-kata barusan gue jadi membayangkan, ada gak ya hal yang mau gue lakukan? Aha! ternyata gue memiliki beberapa hal yang mau gue lakukan dan dalam jangka waktu tertentu. Mungkin ini semacam target hidup, target kegiatan yang (kalau bisa) terlaksana. Atau mungkin juga ini terlihat seperti semacam impian. Oke, membicarakan mengenai jangka waktu, gue berpikir, kapan jangka waktu yang pas untuk melakukan hal ini? Dan sekali lagi, Aha! Jangka waktu yang gue tentukan adalah sebelum gue wisuda S1, sebelum gue memiliki nama baru menjadi "Khairunnisa, S.ant"! Jangka waktu sudah ada, lalu hal-hal apa yang gue mau wujudkan sampai waktu itu datang? Mari dijabarkan : 1. Road Trip Jawa-Bali Apa bahasa Indonesia dari 'road trip' kira-kira? Kalau kata 'Sederet', yaitu kamus online, artinya adalah perjalanan. Oke, gue sudah lama memimpikan untuk melakukan perjalanan darat terutama, yaitu keliling Jawa-Bali. Perjalanan ini dimulai dari ujungnya pulau Jawa yang dekat dengan Sumatera, yaitu Banten! Nah, dari Banten akan menyusuri sepanjang jalanan melalui kota-kota kecil atau mungkin menyusuri pesisir sampai sepanjang pulau Jawa dan akan berakhir dengan menyebrang di Banyuwangi ke Bali. Kalau tenaga masih kuat perjalanan akan dilanjutkan lagi dengan menyusuri Bali, kemudian menyebranglah kita ke Lombok. Pasti banyak banget hal baru yang bakal ditemukan selama perjalanan. Gue selalu menyukai yang namanya perjalanan darat, bukan karena gue memiliki ketakutan naik pesawat ya, cuma di perjalanan darat, terutama dengan menggunakan mobil, kita bakal bersentuhan secara langsung dengan lingkungan dan keadaan daerah yang kita lewati dengan kecepatan manusiawi, tidak seperti kereta atau bus yang akan berhenti kalau supirnya memberhentikan kendaraan mereka. Kita bisa berhenti di berbagai tujuan yang menarik sesuai kemauan kita. Ini sudah menjadi mimpi lama gue, tetapi ada aja kendala yang menghalangi, pertama kendaraan, kedua adalah teman. Kalau sampai gue nekat, ada dan gak ada teman, gue jalan! 2. Pulang Kampung Mungkin banyak dari kalian berpikir bahwa gue orang Jogja asli, ya memang sih, cuma sebenarnya gue ada campuran Padang juga, yaitu dari Ayah. Ayah gue lahir dan besar di Bukit Tinggi, sayang karena satu dan lain hal, pengaruh ke-Padang-an di dalam diri gue enggak ada, kecuali dengan masakan Padang ya. Di luar itu, Nol. Jadi, gue berpikirlah untuk pulang kampung ke kampung halaman Ayah gue, yaitu di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Mahal jelas biayanya untuk pergi kesana, tapi ya sekali lagi ini namanya juga impian, boleh aja kan bermimpi? Bukan maksud untuk enggak berusaha mewujudkannya dari dulu, cuma baru kepikiran masalah ini sekarang aja. Rasa penasaran seperti apa keadaan disana, orangnya seperti apa, budayanya, sampai membentuk pribadi dan sifat Ayah saya yang seperti itu. Kalau ada uang dan waktu sebelum jangka waktu itu, semoga bisa kesana! 3. T-B-B Apa maksud sub-judul diatas? T-B-B, tidak lain tidak bukan adalah Turun-Berat-Badan. Badan gue bisa dibilang enggak kurus, enggak langsing, dan artinya gendut iya. Some people sometime call me, "ndut", that's not a problem for me, and that's not the reason why I want to lost my weight. Banyak yang ingin kurus, tetapi gue sendiri bukan ingin kurus, sekali lagi, T-B-B, Turun-Berat-Badan. Jelas ini berbeda dengan kurus, karena kurus belum tentu gue sehat, kalau T-B-B, gue melakukannya karena gue ingin sehat. Berat badan yang ideal adalah target gue, kurus adalah hal yang dihindarkan. Ingat, enggak selamanya lo kurus itu keren broh! Tapi dengan berat badan yang ideal lo bisa sehat! Kenapa gue berpikir demikian? Berdasarkan garis keluarga yang diturunkan ke gue, mereka menghadiahkan gue dengan berbagai macam penyakit dan yang pasti menurun adalah diabetes. T-B-B membuat gue sadar kalau hal itu wajib dilakukan, lebih baik gue mencegah dari usia yang sekarang kan, walaupun nantinya gue bisa tetap terkena, setidaknya dalam skala yang masih bisa ditolerir. I'm happy with my body now, but I want to be healthy, not skinny. 4. The Sister Trip Norak juga ya judulnya. Oke, jadi gue ini dua bersaudara dengan kakak perempuan gue, panggil saja dia Dina (padahal emang nama aslinya). Kami adalah "The Sister"! Bukan duet penyanyi kakak beradik, tetapi kita berdua memang kakak beradik. Selama 20 tahun gue menjadi adiknya, kita belum pernah melaukan perjalanan bersama-sama, pernah. Namun, semua itu menjadi mimpi buruk. Sebab yang tertanam dalam memori kakak gue adalah perjalanan yang dilakukan saat gue masih kecil, di mana gue manja, gamoang capek, ngeluh terus kerjaannya, dan enggak bisa diajak jalan susah. Well, enggak salah, gue dulu emang gitu. Tapi lihat lah beberapa tahun belakangan! Gue berhasil jalan ke Bali tanpa pemandu dan hanya bermodal peta, gue berhasil jalan-jalan sendirian di Bangkok, dan gue sering jalan-jalan (dalam arti sebenarnya) di Jakarta kota. Semua hal yang enggak menyenangkan selama perjalanan terjadi dan gue alami, jalan kaki jauh, nyasar, dan lainnya. Melalui semua itu kakak gue akhirnya memberikan sedikit kepercayaannya ke gue. Alhasil dia mau kita jalan-jalan bareng! Jadilah kita merencanakan beberapa perjalanan bersama, yang sudah dan akan terwujud adalah perjalanan ke Bali tahun depan dan yang masih diangan-angan adalah perjalanan ke Korea-Jepang. Bisa dibilang kakak gue gila dengan negara Jepang dan gue Korea, jadilah kita memutuskan dua destinasi ini sebagai tujuan kita. Akankah ini terjadi? 5. Menemukan Pekerjaan Yak, ini yang paling penting dan kenapa taruh ini di urutan terbawah dan terakhir? Lupakan. Intinya adalah gue mengharapkan gue menemukan bayangan pekerjaan gue setelah lulus. Mungkin terlihat dari beberapa tulisan gue sebelumnya kalau mau menentukan pilihan, didasarkan dengan pertimbangan matang dan juga kita mempunyai kesenangan terhadap hal itu. Nah, itu dia, itu dia yang belum gue temukan. Setiap hari Sabtu, atau hari apa ya gue lupa, di koran selalu ada bagian "Karier" dan ini adalah bagian iseng yang selalu gue baca, gue mau tahu kira-kira apa aja syarat standar yang dibuthkan suatu pekerjaan. Dan hasilnya adalah gue semakin bingung. Mungkin orang akan menyalahkan jurusan kuliah yang gue ambil. Hey dude, that's your problem! Mereka yang berpikiran begitu adalah mereka yang enggak tahu apa yang geu pelajarin di jurusan gue. Antropologi bisa ditempatkan di segala hal, ekonomi? Politik? Kedokteran? Teknik? Psikologi? Hukum? Hey, we learn all that stuffs! Dan masalahnya adalah di gue, gue belum menemukan fokus dari kegemaran gue. Pada intinya adalah gue suka menulis, kalau ada hal yang paling mudah untuk dilakukan adalah menulis. Tapi menulis "apa" itulah yang belum gue temukan dan itulah masalah gue. Menurut ramalan gue akan menemukan pekerjaan setelah gue lulus dan ini gue sangat amat berharap terwujud! Jelas gue juga harus usaha, dikata Tuhan mau ngasih gitu aja, jelas gue harus usaha, dan ini harus gue temukan sebelum jangka waktu itu habis! Itulah kira-kira bagian dari mimpi yang (kalau bisa dan harus) terlaksana sebelum gue wisuda dan menyandang gelar. Apa yang akan terjadi? Apakah akan terjawab semuanya? Mari tetap bermimpi dan berusaha mewujudkannya (asik abis ya bahasa gue) Selamat datang di bulan Juli. Bulan ini kembali datang seperti tahun-tahun yang lalu. Bulan Juli semasa sekolah artinya adalah liburan, menyenangkan memang, tapi berbeda dengan saat kuliah. Kuliah pada bulan Juli artinya adalah libur panjang. Libur panjang disini benar-benar panjang, yaitu kurang lebih selama hampir 2-3 bulan lamanya. Waktu yang cukup lama untuk menyuburkan badan.
Oke, bulan Juli ini semenjak masuk kuliah adalah bulan yang berkesan. Mengapa? Karena di bulan ini banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Namun, jika kalian mahasiswa Antropologi Budaya UGM, maka liburan bulan Juli adalah sebuah pilihan. Ya, di mana kalian dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu liburan atau penelitian. Keduanya merupakan hal yang susah untuk dipilih. Kenapa? Mari kita lihat narasi singkat mengenai kisah di bulan Juli sebagai seorang mahasiswa Antropologi Budaya UGM. Juli 2011 Bulan ini, di tahun ini gue resmi menjadi mahasiswa tahun pertama di jurusan gue, di akhiri dengan nilai yang bisa dibilang lumayan. Di bulan dan tahun ini juga gue dihadapkan dengan dua pilihan seperti di awal tulisan sudah dijelaskan. Tahun itu gue memilih untuk liburan, kenapa? Sebab kalau mau ikut penelitian pun gue enggak akan bisa ikut, soalnya kalau mau ikut penelitian bulan Juli, di mana penelitian ini akan memakan waktu selama satu bulan lamanya, gue harus mengikuti penelitian yang di bulan Januari akhir sebagai pegangan dasar dan gue pada saat itu enggak ikut. Jadi lah gue berlibur. Apakah senang? Senang jelas, tetapi ada beberapa hal yang membuat gue sesal, yaitu liburan yang tidak terlalu menyenangkan, selalin itu menyesal karena melewatkan penelitian selama satu bulan di Kalimantan. Kapan lagi bisa ke Kalimantan dan hidup dengan warga setempat serta belajar bersama mereka? Pasti ada kesempatan, tapi melewatkan kesempatan saat masih di bangku kuliah membuat penyesalan yang cukup dalam. Itu lah pilihan yang diambil pada Juli 2011. Juli 2012 Pilihan datang kembali. Kali ini sebelum bulan Juli gue sudah memantapkan hati untuk ikut penelitian selama satu bulan di dataran tinggi Dieng. Perasaan senang dan semangat untuk menjalaninya pun sudah ada di genggaman, walaupun ada sedikit perasaan malas untuk menuliskan hasil penelitiannya, tapi yasudahlah. Disaat keinginan sudah bulat untuk menjalani penelitian di dataran tinggi Dieng, jeng jeng jeng jeng. Gue lolos seleksi untuk penelitian bersama beberapa mahasiswa salah satu universitas di Jerman. Penelitian sama orang Jerman itu di Jogja dan dilakukan bulan September. Nah, kenapa harus pake jeng jeng jeng jeng, karena syarat untuk mengikuti penelitian ini adalah kta tidak boleh ikut penelitian ke Dieng, karena penelitian bersama orang Jerman ini juga akan termasuk ke dalam mata kuliah praktek penelitian lapangan dan jadilah gue memutuskan melepas penelitian Dieng. Jujur, pada saat diberitahu syaratnya, rasa senang dan gembira langsung meluap, karena tidak harus ikut penelitian ke Dieng dan bisa liburan. Tapi ada juga rasa sesal setelah beberapa waktu berlalu. Kenapa? Karena lagi-lagi gue melewatkan penelitian selama sebulan di Dieng. Gue enggak punya pengalaman bagaimana beradaptasi dengan warga setempat, belajar cara hidup mereka, dan banyak cerita lainnya yang akan terlewatkan. Setelah dipikir, seharusnya berat juga mengambil keputusan ini. Namun, ada satu hal yang membuat gue yakin untuk mengambil keputusan melepas penelitian di Dieng. Penelitian bersama orang Jerman ini akan menjadi jembatan gue buat seleksi tahun depan untuk ikut penelitian bersama mereka lagi, tapi kali ini ke Jerman! This is going to be big! Itulah penguat iman saat merasa menyesal. Tapi ya, itulah pilihan ada untung dan ruginya. Jadi, setiap Juli adalah bulan pilihan. Selamat penelitian buat yang di Dieng dan selamat memperbaiki proposal untuk yang ikut penelitian bersama orang Jerman. Fight! |
Archives
December 2016
|