Awal tulisan ini akan gue mulai dengan permintaan maaf kepada pembaca yang mungkin tidak ada. Pertama, gue menyesali karena tidak menepati janji untuk menuliskan pengalam selama 29 hari di Freiburg ke dalam laman ini. Kedua, gue meminta maaf karena pada tulisan terakhir banyak yang salah ketik, maklum ditulis dengan alat komunikasi layar sentuh pinjaman. Namun, permintaan maaf gue, bagi gue sendiri menunjukan bahwa gue sibuk atau bahkan sok sibuk selama di Freiburg. Gue selalu lupa karena gue terlalu menikmati kota kecil ini dengan waktu yang gue punya ini. Nah, dalam tulisan kalo ini gue mau menebus dosa untuk menceritakan pengalaman gue selama disana. Mulai!
Sebelumnya gue belum pernah cerita mungkin kenapa gue tiba-tiba bisa sampai ke Jerman. Gue sering menulis bahwa dalam kehidupan gue, pilihan yang gue ambil sering dipandang sebelah mata oleh orang luar. Pertama, saat gue memilih masuk kelas Bahasa di SMA, kedua, saat gue memilih masuk jurusan Antropologi Budaya. Cukup populer di telinga gue sendiri banyak yang berkomentar, "nanti mau jadi apa?", "itu yang gali candi ya?". Enggak masalah, enggak semua orang paham juga dengan segala keputusan yang kita ambil. Singkat cerita, di jurusan gue ini mereka telah memiliki kerjasama dengan universitas di Freiburg selama 10 tahun untuk melakukan pertukaran mahasiswa. Petukaran mahasiswa ini bentuknya adalah penelitian. Setiap tahunnya, mahasiswa Jerman dan Indonesia akan bergantian datang ke dua negara ini untuk melakukan penelitian. Contoh gue, mahasiswa Indonesia tahun ini datang ke Freiburg untuk penelitian dengan ditemani oleh mahasiswa darisana, tahun berikutnya mereka akan datang ke Jogja, dan ditemani oleh mahasiswa setempat. Tahun lalu, kampus gue kedatangan mahasiswa dari Freiburg, untuk bisa ikut penelitian dengan dia, gue harus seleksi dengan membuat proposal, serta wawancara. Lolos. Selama satu bulan gue penelitian bersama dengan dia, namanya Soeren. Selesai penelitian, gue diwajibkan membuat sebuah makalah mengenai hasil dari penelitian gue. Tahun berikutnya, giliran gue datang ke Freiburg, caranya hampir sama, gue diwajibkan membuat proposal dan melalui proses wawancara dengan bahasa Inggris tentunya, kalau pakai bahasa Jerman, mati. Akhirnya menghasilkan berita bahwa gue lolos dan bisa pergi melakukan penelitian selama satu bulan di Freiburg. Kira-kira begitulah cerita singkatnya. Kalau bercerita gue penelitian tentang apa rasanya kurang seru dan akan membosankan. Lebih baik gue menceritakan tentang kota Freiburg. Freiburg di mata gue adalah Jogja versi Eropa. Mengapa? Freiburg itu kotanya kecil, semua hal dia punya di dalamnya, mulai dari musik, seni, gerakan sosial, tempat belanja, kota tua, dan masih banyak lagi. Suasana kota kecil inilah yang membuat gue nyaman selama berada disana. Ditambah lagi dengan transportasi umum yang sangat mendukung, tram, bus, dan kereta. Oya, karena kotanya kecil, gue hampir bisa berjalan kaki kemana pun itu, dan berjalan kaki di Freiburg adalah pengalaman yang menyenangkan. Hobi gue selama di Freiburg adalah menyesatkan diri, karena dengan kalian menyesatkan diri, kalian akan mengenal kota itu lebih dekat lagi. Gue pernah berjalan kaki jauh mengelilingi kota Freiburg, melewati perumahan, jalanan di samping sungai, sampai masuk ke pemukiman imigran yang katanya terkenal dengan tingkat kriminal yang tinggi. Pengalaman baru lagi bagi gue adalah datang ke pesta atau "party" di rumah atau flat mahasiswa. Itu adalah pengalaman baru yang aneh tapi seru, aneh karena kadang mereka asik sendiri ngobrol pakai bahasa Jerman, seru karena memang suasananya seru. Urusan hiburan Freiburg juga punya, banyak acara musik yang mereka punya, dan sejauh yang pernah gue datangi semuanya keren! Nah, urusan belanja pun juga bisa terpenuhi, mulai dari barang bekas yang keren, sampai merk yang harganya enggak mungkin gue beli semua ada. Sekarang kalau bicara soal makan, jelas gue menghabiskan cukup banyak uang untuk mencoba berbagai jenis makanan, dan tetap yang membuat gue jatuh cinta adalah roti dan sosis, dua hal terbaik di Jerman! Singkat cerita itulah rangkuman perasaan gue akan Freiburg. Tiap orang memiliki kesan pribadi akan sebuah kota, bagi gue Freiburg telah mencuri perhatian gue dan memanggil-manggil gue untuk kembali kesana. Tiga kata terakhir untuk Freiburg.....
0 Comments
|
Archives
December 2016
|