Selamat malam,
Bagaimana kabar? Saya yakin Anda pasti baik-baik saja karena sekali lagi saya yakin keadaan Anda pasti luar biasa. Begini, saya sudah lama tidak menulis surat semacam ini kepada Anda, walaupun saya yakin setiap harinya jika saya mengobrol dengan Anda, pasti Anda akan mendengarnya. Oya, saya juga yakin Anda tahu bahwa awal tahun 2012 ini banyak hal telah terjadi, terutama dalam hidup saya. Anda pasti tahu kan? Jelas tahu. Mulai dari hal yang membuat saya senang sampai hal yang sedih, tetapi membuat saya lega. Kalau cerita yang senang pasti Anda tahu kan? Tidak perlu saya ceritakan lagi ya, mungkin Anda akan bosan mendengarnya. Jadi begini, saya mau cerita lain dibalik kesenangan yang saya alami. Anda tahu kan selama dua tahun belakangan ini saya tinggal dengan siapa? Iya, saya tinggal dengan nenek saya. Nama nenek saya pasti Anda juga sudah kenal kan? Ya benar, nama dia Umiyah. Namanya arab sekali kan bagi orang awam? Nenek saya sendiri, seperti yang Anda pasti tahu, ia keturunan Maroko. Nah, saya sudah tinggal bersamanya selama hampir dua tahun lamanya. Anda pasti sering mendengar bagaiamana cerita yang terjadi selama saya tinggal bersama nenek saya. Oya, sebelumnya saya mau cerita hal-hal menarik dari nenek saya ya, Anda jangan bosan mendegarnya ya. Nenek saya yang bernama Umiyah ini orang yang luar biasa. Bagi teman-teman saya dia nenek yang gaul, sebab di umur yang sudah hampir menginjak usia 85 tahun, ia tetap aktif arisan dan rapat kesana kemari. Kadang kalau saya membawa makanan ke kampus, pasti saya dengan bangga memamerkan bahwa makanan ini hasil arisan nenek saya. Nenek saya sangat taat beragama, buktinya? Saat saya lahir, nama Khairunnisa merupakan pemberian darinya, dia sangat berharap kelak saya akan menjadi perempuan seperti arti nama yang ia berikan kepada saya. Atau mungkin ia mengarapkan lebih dari itu? Apakah Anda tahu itu apa? Saya sendiri tidak tahu, tapi pasti Anda tahu. Oh Anda harus tahu, eh tapi Anda pasti tahu ya. Nenek saya setiap pagi hobinya adalah mendengarkan lagu. Acara Dahsyat? Kalah deh. Lagu yang paling sering ia putar adalah lagu keroncong, lagu Bahasa Belanda, dan Koes Plus. Tapi apa yang paling unik? Lagu Bahasa Batak. ini semua dari kesalahan ibu saya yang keliru membeli kaset. Namun, nenek saya tetap menyukainya. Oiya, selain itu lagu perjuangan juga tidak lupa dan pop melankolis andalannya, seperti lagu "Gelas-gelas Kaca". Semua lagu itu merupakan alarm di pagi hari untuk saya. Apakah Anda tahu, nenek saya itu orang yang paling teliti yang pernah ada! Dia selalu hafal segala macam hal, mulai dari peletakan barang, nomor telepon, tanggal ulang tahun, dan yang paling penting uang hahaha. Kegiatan tambahan selama saya tinggal bersamanya adalah membelanjakan popok dan susu untuknya, dia selalu hafal tanggal berapa saya harus membeli. Nenek saya itu lucu, seperti yang Anda tahu, ia sangat amat menyukai manis, coklat, makanan manis, semuanya. Masakan di rumah saya mengikuti selera nenek saya, jadi tidak heran makanannya walaupun itu tumisan, akan terasa manis. Ahh, ada hal lainnya ia sangat suka berdandan, jika ingin menghadiri acara apapun, ia akan dengan senang hati memilih pakaiannya terlebih dahulu, lalu bertanya kepada saya atau kakak saya yang paling sering, apakah pakaiannya cocok atau tidak. Anda tahu, nenek saya terkadang memang keras, tetapi itu wujud kasih sayangnya kepada orang-orang. Saya baru paham itu sekarang. Anda pasti tahu, nenek saya sekarang sudah tidak serumah lagi dengan saya. Dia sudah serumah dengan almarhum kakek saya. Februari merupakan bulan kepulangannya ke rumah terakhirnya. Sedih rasanya. Sampai saya menulis tulisan ini sekarang, tangan saya menjadi bergetar, dingin, dan sedih rasanya, Anda pasti melihat saya. Hubungan saya dan nenek saya memang tidak terlalu dekat, kami jarang mengobrol, tapi saya senang bila dia ada, tapi saya juga senang karena ia pasti senang di rumah barunya. Anda tahu, terkadang saya masih sedih jika terbangun di pagi hari dan menyadari bahwa tidak ada lagi lagu-lagu, atau menanyakan saya sarapan apa, pulang jam berapa, hal-hal tidak penting dulunya bagi saya, sekarang saya rindukan. Sedih memang sedih rasanya. Namun, Anda tahu? Kesedihan ini tidak ada gunanya. Kasihan nenek saya melihat kami yang disini bersedih terus. Ia pasti bahagia di rumah barunya. Ia telah berkumpul dengan semua saudaranya yang telah pergi, anaknya, suaminya, dan teman-temannya. Terlebih, ia pasti senang karena sudah bebas makan coklat dengan sesuka hati tanpa memikirkan penyakit diabetesnya. Saya akan sangat merindukannya, tetapi saya akan sangat lega karena ia telah bahagia disana. Banyak hal yang akan saya rindukan dari sosok nenek saya. Tapi, saya tahu ia akan bahagia, tenang, karena ia berada bersama dengan Anda, Tuhan. Saya harap Anda menyampaikan salam ini kepada nenek saya, Tuhan. Terima kasih.
0 Comments
Bandung merupakan destinasi liburan yang gue lakukan setelah beberapa bulan yang lalu melarikan diri ke Bangkok. Sebenarnya saat gue memutuskan untuk pergi ke Bandung semuanya mendadak, tanpa perencanaan jangka panjang ataupun pemikiran matang. Hasilnya? Ternyata minggu ini adalah minggu UTS atau biasa dikenal dengan Ujian Tengah Semester. Namun, Tuhan sepertinya sayang, jadi untuk gue pribadi nggak ada UTS untuk semester ini di mata kuliah yang gue ambil. Lalu, Tuhan sepertinya masih memberikan sayang-Nya ke gue lagi dalam wujud di hari Jumat mata kuliah Bahasa Belanda kosong. Betapa indahnya hidup ini. Perjalanan ke Bandung dari Yogyakarta dimulai pukul 23.00 WIB dan sampai di Stasiun Hall Bandung jam 06.45 WIB. Selama perjalanan gue berhasil tidur walaupun sesekali bangun. Memang, perjalanan yang cukup panjang yang gue lakukan, tapi ada satu hal yang nggak bisa dibayar dari perjalanan panjang ini, yaitu pemandangan. Ya, gue tahu emang gelap, tapi di jam jam menjelang pagi, kereta gue melewati pegunungan yang kaki gunungnya ditutupi kabut dan dihiasi pemandangan langit yang memiliki siluet oranye, biru, serta abu-abu. Selain itu pemandangan hutan yang disajikan pun lebih menggoda daripada mas dan mbak yang nawarin indomie rebus di pagi hari yang dingin itu. Setelah sampai di stasiun, gue langsung mengambil taksi ke Ciumbeleuit, di mana teman gue bermukim. Karena gue nggak tahu angkot yang kesana dan agak takut kalau tersesat karena teman gue nggak lama lagi akan pergi kuliah. Jengjengjengjeng, taksi di Bandung emang agaknya banyak yang nggak paksi argo, sialnya di stasiun emang rata-rata nggak pakai argo. Jadilah gue kena 30,000 rupiah dari stasiun ke Cuimbeleuit. Sesampainya di Ciumbeleuit, gue disambut di kos teman gue ini dengan alkitab makanan Bandung. Ternyata dia sudah merencanakan kunjungan gue ke Bandung ini akan dihiasi oleh makan memakan makanan. Walhasil, teringatlah kenangan terakhir gue ke Bandung. Gue berhasil kekenyangan, setelah makan kalau nggak salah 3 jenis makanan dalam waktu yang dekat. Sekarang? Dia hampir merencanakan mengunjungi 10 tempat makan. Gue hanya bisa berpasrah. Sebelum gue menjabarkan isi perjalanan gue di Bandung, mari dimulai dari mengenalkan pemandu gue selama disana Yak itulah pemandu gue dan juga tersangka karena membuat berat badan gue semakin naik. Oya, sebelumnya maaf jika foto kurang jelas karena lupa membawa kamera. Jadi, marilah memulai mengulas perjalanan penggendutan di Bandung! 1. Bakso Mandeep Bakso Mandeep sesuai dengan namanya adalah bakso Malang. Lokasinya terletak di Jalan Riau. Pastinya? Jangan tanya gue hahaha. Penyajian disana dilakukan secara prasmanan, jadi kita ambil sendiri nanti bayar di kasir. Pilihan yang diberikan ada 7 macam untuk satu mangkok, ada bakso goreng, bakso sapi kecil, bakso sapi sedang, bakso urat, tahu bakso, pangsit, dan semacam pangsit bentuk lonjong. Gue sendiri makan dengan dua macam pangsit itu, bakso goreng, dan 3 macam bakso sisanya serta sebotol air mineral. Semua makanan gue itu menghabiskan 15,000 rupiah saja. Rasa? Menurut saya pribadi enak! Tapi jangan bandingin sama bakso di Malangnya asli, disamping semua itu enak! Bakso urat dan lainnya enak, kuahnya pas, dan favorit saya adalah bakso uratnya. 2. The Strudles Factory Masih terletak di Jalan Riau tidak terlalu jauh dari belakang factory outlet Cascade ada kafe yang menjual beberapa macam pastry, salah satu favorit gue apple strudle. Harga? Hanya 20,000 ribu saja, kalau di Jakarta mungkin lebih mahal. Rasanya enak! (apa yang nggak enak ya di gue). Pastry, apel, dan sausnya perpaduan yang pas! Selain itu kalau datang malam hari mungkin akan terasa nyaman, karena tempatnya yang memang sangat nyaman. 3. Toko Buku Tua Setelah dari Jalan Riau, gue dan Mara beralih ke Jalan Braga untuk makan es krim. Namun, sebelumnya kami mau menuju ke Jalan Banceuy untuk pergi ke toko kopi tua namanya Kopi Aroma. Karena turun dari angkotnya di Braga, kita memutuskan untuk (sok) jalan-jalan dari Braga ke Banceuy, padahal dari kita belum ada yang pernah kesana. Selama perjalanan menuju Banceuy kita melewati toko-toko di Braga, salah satunya ada toko buku tua, gue lupa apa namanya. Disana gue menemukan satu buku bahasa Inggris beserta kaset yang berisi vokal isi cerita di buku itu. Jadi, buku itu merupakan buku untuk belajar bahasa Inggris. Ini (menurut gue) buku yang unik dan udah lama sepertinya. Alhasil gue beli karena kebanyakan nonton Pawn Star dan The Pickers makanya langsung tertarik beli. Perjalanan menuju Banceuy ternyata cukup jauh juga, tetapi karen cuaca teduh, panas nggak, hujan pun nggak, jadi semua terasa nyaman aja, apalagi kalau dijalani sambil ngobrol pasti nggak kerasa. Oya, lagi dan lagi Tuhan sayang banget sama gue, karena sebelumnya di Bandung hujan terus dan pas gue datang? Matahari bersinar terang :3 Oke, balik lagi ke perjalanan ke Banceuy. Ternyata daerah Banceuy itu sepertinya merupakan kawasan otomotif karena banyak banget bengkel dan yang menjual onderdil mobil serta motor. Sayangnya saat kita sudah di Banceuy toko kopinya sudah tutup, jadilah kami balik lagi jalan menuju Braga dan menuju ke tempat makan es krim. 4. Sumber Hidangan Ini merupakan salah satu tempat favorit gue. Sebenarnya Braga merupakan daerah favorit gue di Bandung, karena banyak toko tua yang unik dan vintage. Oke, balik ke tempat ini, Sumber Hidangan merupakan toko roti dan es krim sejak jaman kependudukan Belanda. Orang-orang yang bekerja disini pun turun-temurun dari ibu-ibu yang masih agak segar (agak muda) sampai yang sudah tua pun ada, begitu pula dengan bapak-bapaknya. Pernah baca cerita Madre tulisan Dewi Lestari? Ini merupakan tempat yang tergambar saat pertama kali gue sampe. Pekerja, bau ragi yang menyelimuti ruangan, gedung tua, benar-benar gambaran yang nyata dari imajinasi saat membaca cerita Madre. Rasa es krimnya? ENAK! Benar-benar es krim yang di buat sendiri dari dahulu, hampir mirip dengan Ragusa yang ada di Jakarta. Harga es krimnya pun murah dimulai dari 6,000-13,000 rupiah saja. 5. The Suga Rush The Suga Rush, terletak tidak terlalu jauh dari Sumber Hidangan, masih di Jalan Braga. Tempat makan ini menyajikan mulai dari makanan berat sampai kue-kue yang lagi eksis, seperti velvet red, macaroon, dan yang gue makan rainbow cake! Disana gue cuma makan rainbow cake, rasanya enak! Harganya pun satu potong 23,000 rupiah. Gue kira setiap warna akan berbeda rasa, ternyata nggak. Setiap warna disatukan dengan krim keju yang rasanya sekali lagi, enak! Untuk red velvet dan macaroon belum mencoba, mungkin enak, dan harga macaroon murah, cuma 6,000 rupiah satu biji. 6. Sate Maulana Yusuf Sate di Maulana Yusuf, terletak di Dago (kalau nggak salah dan ini agak sok tahu sebenarnya haha). Satenya ada tiga macam, daging sapi, kambing, dan ayam. Dikarenakan perut kami berdua semakin penuh, kita memutuskan untuk makan yang daging ayam disajikan dengan lontong. Bumbu kacang yang disajikan masih hangat, ditambahkan dengan kecap, lalu sate ayamnya yang besar-besar, membuat semuanya lengkap, yaitu enak! Haha, sekali lagi bagi gue ini enak, apalagi makannya sama bawang merah mentah. Wajib dicoba kalau mau. Soal harga maaf aja gue lupa. 7. Tizi Selama hampir 7 jam perjalanan penggendutan gue, kita telah menghabiskan tujuh jenis makanan. Gila. Dan ini adalah tujuan terakhir kami, Tizi. Konon katanya, menurut pemandu wisata gue, si Bule KW Belanda, Tizi sudah ada sejak tahun 1970-an. Disini menunya variatif, mulai dari masakan Indonesia sampai luar negeri. Mara menyarankan untuk memesan Beef Schaslick, semacam sate daging sapi yang ditusukan dengan paprika, bawang bombay dan tomat, ditambah dengan bumbu lainnya, jadilah beef schaslick. Rasanya menurut gue lagi dan lagi dan lagi enak! Itulah semua tujuan makanan dan tujuan lain yang gue lakukan selama hari Kamis, di Bandung. Sebenarnya setelah Tizi, si tersangka yang membuat gue menggendut ini, Mara, masih ingin memesan martabak manis ke kosnya. Gue langsung nggak sanggup, lebih baik gue punya pacar daripada suruh makan lagi (oke, nggak nyambung). Malam harinya gue susah tidur, kembung, dan bermuka bego. Semuanya karena kekenyangan. Tapi tetap, perjalanan selama di Bandung selalu ada hal menarik yang terjadi, mulai dari makanan sampai obrolan yang menenangkan hati nurani jiwa dan raga. Terima kasih kepada Bule KW Belanda, Mara, atas kosannya dan menemani gue jalan-jalan tanpa mengeluh, kecuali tadi siang waktu dia dibikin bete sama pengamen anak kecil hahahaha. Oya, dan juga sabar naik turun angkot bersama gue yang membawa tas gunung kapasitas 40liter ini. Terima kasih banyak! |
Archives
December 2016
|