Bagi beberapa teman dekat dan keluarga, gue terkenal suka memasak dan eksperimen dalam memasak. Namun, tentu sering memasak dengan keraguan, terutama dalam memasak kue. Gue sekarang jadi trauma dengan adanya "Sindrom Ulang Tahun Angela". Angela atau Angel biasa dipanggil, dia adalah seorang tmean dekat dari jaman alaynya SMP sampai saat ini. Tahun lalu saat Angel ulang tahun gue mencoba sok kreatif untuk membuatkan kue ulang tahun dari pancake yang ditumpuk kemudian dilapisi dengan krim dibagian luarnya. Hasilnya? Pancake kempes, gue jelas jadi bahan amukan Mara, di mana yang lebih jago dalam hal membuat kue. Adakah buktinya? Jadi gue ada beberapa orang yang pasti gue temui saat kembali ke BSD, yaitu Angel, Myrna, dan Mara, kami menjadi dekat saat masa SMA, dan pada akhirnya terpaksa berteman dengan kegilaan mereka yang membuat gue tetap waras sampai saat ini. Setiap ulang tahun seseorang diantara kami, kecuali gue karena gue tinggal di Jogja, kami pasti menyempatkan untuk memberikan kue. Saat ulang tahun Myrna, Mara dengan bantuan tidak berguna gue dan Angela, berhasil membuat tiramisu. Sedangkan saat ulang tahun Angel, gue yang sok kreatif membuat kue dari pancake ini, menggagalkan keindahan dari imajinasi gue sendiri.
Dan sindrom ini pun berlanjut di tahun ini........ Angel belum lama ini ulang tahun dan gue berusaha untuk memberikan cupcake berwarna pink, dengan tempat cupcake yang berwarna pink pula, krim keju, dengan taburan gula berwarna oranye. Sangat imut bukan? Namun, sayangnya keimutan yang dibayangkan berakhir dengan kehancuran. Cupcake pink ini berubah menjadi hitam kelam, karena kebodohan gue. Saat memanggang, cupcake gue tinggalkan di oven tanpa ada alarm yang mengingatkan. Alhasil, warna pink itu hanya ada di angan-angan......... Kebodohan lainnya adalah saat membuat krim kejua ini seharusnya memakai 'icing sugar', di mana gue sudah membelinya. Namun, karena ini adalah "Sindrom Ulang Tahun Angela", gue nggak melihat keberadaan 'icing sugar' ini yang jelas-jelas berada di sebelah kompor, dan gue memakai 'caster sugar'. Betapa cerdasnya gue. Kemampuan memasak kue gue baru mencapai biskuit dan roti tawar. Kalau roti tawar bisa jadi kue ulang tahun, pasti Angel udah gue kasih. Gue akan berikrar untuk tahun depan gue akan berhasil dengan kue ulang tahun Angela!
0 Comments
Hai hai, kali ini gue mau mengulas mengenai mie instan khas Korea, entah yang benar namanya jajangmyun apa chajangmyun karena di dua bungkus tulisannya berbeda. Demam Korea kan lagi menjamur diseluruh bagian negara, selain musik, makanannya pun juga menjamur, kali ini gue mengulas hidangan mie yang sering ditemui di acara televisi Korea. Pertama gue akan menunjukan gambarnya ya Gambar yang pertama itu merknya Nong Shim, merk ini cukup terkenal dengan ramyun atau mie pedas yang sering ditemukan di supermarket. Merk ini pada awalnya menjadi pilihan utama setiap mie instan Korea yang akan gue beli karena dari ramyun yang mereka punya rasanya enak. Namun, sayang sekali saat gue membuat mie hitam Korea ini merk Nong Shim, rasanya kurang, mulai dari asin, dan komposisi rasanya tidak mendekati jajangmyun yang asli, terlebih lagi tekstur mienya kering. Dibandingkan dengan merk Paldo, jajangmyun mereka lebih enak karena tekstur mienya yang lebih kenyal dan juga rasa dari bumbunya yang pas karena bumbunya basah dan tidak ada sayuran kering yang harus dimasak, tidak seperti merk Nong Shim. Merk Paldo ini sendiri menjadi pilihan karena mie sebelumnya, yaitu Bibimmen. Bibimmen itu seperti mie goreng pedas yang rasanya gurih pedas dan juga ada rasa asam yang menyeimbangkan, makanya gue cukup percaya dengan merk Paldo ini. Dan ternyata merk Paldo ini bisa dipercaya untuk jajangmyun, dibandingkan dengan merk Nong Shim. Jadi bagi yang ingin mencoba jajangmyun instan carilah merk Paldo dan untuk rasa yang lebih enak, tambahkan daging cincang saat merebus mienya. Sekian ulasan mie instan hari ini, shalom!
Hai para pembaca yang mungkin tidak ada! Gue hari ini menemukan dan menyadari akan suatu hal. Hal ini adalah bahwa gue sudah melakukan kegiatan masak akhir pekan selama tiga minggu. Gue sendiri secara enggak sadar pasti setiap menjelang hari Minggu selalu aja kepikiran untuk mencoba satu resep baru dan pasti selalu langsung belanja.
Hari ini tepat di hari Minggu gue memutuskan untuk memasak "fish and chips" dan semuanya dimasak sendiri, artinya sampai kentang gorengnya pun gue membuat dari kentang asli. Selama proses memasak gue memulai menamakan kegiatan memasak gue ini adalah "Minggu Memasak"! Bukan berarti gue memasak selama seminggu, tetapi gue akan memasak setiap hari Minggu. Kenapa? Hari Minggu adalah hari paling santai. Selain itu gue harus membiasakan diri gue kalau suka sesuatu dijalanin, jangan cuma diomongin, jadi karena gue suka menulis, gue ada blog ini, dan karena gue suka makan serta masak, makanya ada "Minggu Memasak". Selain itu hal yang gue sadari adalah dari perkataan kakak gue, "kamu kalau masak selalu banyak ya...". Jadi, sepertinya gue selalu masak dengan porsi berlebih, padahal yang makan di rumah cuma kakak gue, Mbak Karti kadang enggak terlalu suka karena yang gue masak bukan makanan Indonesia ataupun Asia. Pasti setelah masak dan ada sisa, kantor kakak gue lah yang menjadi penampung setia sisa masakan gue. Gue sangat menikmati kegiatan yang sudah berjalan tiga kali ini. Karena gue selalu masak berlebih, kecuali menu hari ini orang rumah pada doyan dan habis, lain kali jangan sungkan untuk mengabari bertandang ke rumah, kalau masih ada sisa. Semoga "Minggu Memasak" bisa menghasilkan makanan enak tanpa efek samping. Shalom! Kalau dilihat dari judul mungkin atau memang penataan katanya kurang benar tapi seenggaknya itu yang bisa sedikit banyak menggambarkan isi tulisan ini. Kalau yang sudah kenal gue, mereka pasti tahu kalau gue sebenarnya mempunyai darah Padang atau darah Minang. Gue sendiri sebenarnya meragukan hal ini, soalnya dari bahasa, kebiasaan, atau apapun itu enggak ada yang gue punya. Sebenarnya ada satu hal yang tersisa di gue kalau urusan darah Minang, yaitu urusan lidah. Entah kenapa gue orangnya sangat suka dengan makanan yang rasanya kaya dan bumbunya terasa kuat. Kategori rasa buat gue ada empat, hambar, ringan, kuat, berlebihan. Yang paling enggak enak itu hambar dan berlebihan, kalau hambar makan juga enggak enak, kalau berlebihan jadi eneg. Balik lagi bicara soal urusan lidah dan rasa, seperti layaknya makanan Padang, di mana bumbu yang mereka gunakan banyak banget, dan menghasilkan makanan yang kaya rasa serta kuat di bumbu. Buat yang mengikuti perjalanan Kompas yang menulis jelajah kuliner nusantara, mereka pernah menuliskan mengenai rendang, bayangkan untuk rendang mereka bisa menggunakan puluhan rempah untuk memasak. Jujur, walaupun belum pernah ke daerahnya langsung, tapi gue tahu rasa rendang yang benar itu gimana, dan rasanya itu luar biasa! Sedikit bicara soal rendang, ada kebiasaan yang dilakukan oleh orang Minang, yaitu mengirimkan rendang untuk sanak saudara yang pergi merantau. Salah satunya gue pernah mendapat kiriman rendang, rasanya itu nikmatnya bukan main. Kalau pernah makan rendang di warung Padang paling enak, itu enggak ada apa-apanya. Gue merasa kebiasaan ini bisa dipahami dengan baik, apalagi buat orang Minang kampung halaman mempunyai arti lebih bagi mereka, apalagi yang sudah merantau jauh. Rendang bisa digunakan sebagai alat untuk mengingatkan akan kampung halaman, akan keluarga yang tinggal disana, semua ini tentang memori dan relasi. Rendang menjadi pengikat mereka. Beralih dari rendang, kembali lagi soal rasa. Melalui beberapa kali kumpul dengan trah keluarga ayah yang mereka semua asli di impor dari Padang, pasti disajikan makanan Padang hasil karya tangan mereka, dan gue enggak bisa bohong memang enaknya bukan main. Mereka enggak main-main kalau bicara soal bumbu. Mulai dari hal kecil seperti itu selera gue akan makanan menjadi terbentuk. Hal ini juga mempengaruhi gue yang cukup selektif kalau urusan makan, apalagi untuk restoran Padang. Di Jogja sendiri gue cukup selektif untuk makan di warung Padang. Kenapa? Di Jogja, khususnya daerah sekitar UGM dan sekitaran Ahmad Dahlan yang sudah gue coba beberapa, soal rasa mereka enak, tapi sayangnya unsur Jogja-nya masih ada, alias soal manis. Beberapa tempat gue menemukan rasa sambal, gulai, dan rendang yang agak manis. Seperti makanan diatas, ini dari warung Padang di daerah Klebengan. Menurut gue pribadi enggak mengecewakan kalau soal rasa, tapi beberap elemen rasanya mengecewakan. Misal sambal cabai ijo, seharusnya, yang gue paham selama ini, maaf kalau salah, rasanya itu bukan hanya pedas, tetapi juga gurih, sedangkan sambal disini rasanya hanya pedas yang mendominasi. Kedua rendang, enak, tapi sayangnya manis. Kuah gulai juga, seharusnya gurih, ini ada manisnya. Gue tanya apa merek menyajikan cincang, salah satu favorit gue, mereka menyajikan di piring kecil, bukan di baskom besar seperti pada umumnya, ditambah lagi kuah yang sedikit. Cincang itu seperti gulai kambing, yang isinya dagung dan jeroannya, rasanya gurih dan sedikit pedas, dan seharusnya kuahnya menjadi juara di makanan ini. Bukan maksud promosi, tapi menurut gue pribadi, sejauh gue makan, gue merekomendasi dua tempat, yang satu dengan harga sangat terjangkau, yaitu Ganti Namo, dan yang satu agak mahal, yaitu Duta Minang. Dua tempat makan ini gue cukup rekomendasikan sebagai warung Padang yang enak. Mungkin ada warung Padang lain yang enak juga, tapi mungkin gue belum menemukan dan belum coba. Nah, kalau ingat di tulisan yang lalu gue bilang sebelum wisuda pengen banget ke Padang, ya tidak lain tidak bukan yang bikin semangat urusan makan! Mungkin sekian tulisan gue kali ini dan rasanya kalau gue bayangin dengan selera makanan gue kayak gini, tuanya kayaknya bakal kena darah tinggi sama kolesterol........
Bicara soal makanan, bagi gue sendiri makanan itu bisa berbicara banyak hal. Apalagi buat gue yang belajar antropologi, gue jadi terbiasa selalu mempertanyakan banyak hal, kenapa, termasuk soal makanan. Mungkin terdengar membosankan ya orang bikin atau menulis blog mengenai makanan. Setelah penelitian gue kemarin di negara sosis itu, gue jadi sadar, kalau gue mau menulis soal makanan, tulis lah hal lain di luar mengenai enak atau tidak suatu makanan atau apakah makanan tersebut patut menjadi rekomendasi atau tidak. Tulislah hal yang mungkin terkesan enggak penting, tapi sebenarnya kita bisa tahu banyak hal dari suatu makanan.
Sebagai contoh aja mungkin, gue sering banget menyebutkan penelitian gue mengenai makanan di negara sosis kemarin. Sedikit bercerita mengenai penelitian gue, entah ini pernah dilakukan orang lain atau belum tapi ini yang gue lakukan. Jadi gue meneliti mengenai bagaimana konstruksi ide dari orang-orang Indonesia disana mengenai rumah melalui makanan dan bagaimana itu terepresentasi melalui makanan. Terkesan sok berat kan bahasa gue. Tapi sebenarnya gampang aja, kalau di bahasa Indonesia mungkin agak susah ya membedakan "house" dan "home", penafsiran kasar gue sendiri "home" itu memiliki arti yang lebih dalam daripada "house" yang sepertinya hanya menggambarkan bangunan. Jadi rumah yang gue maksud disini adalah "home", bukan "house". Lalu apa kaitannya makanan sama rumah? Saat gue tanya apa arti makanan Indonesia bagi mereka (orang Indonesia yang tinggal di luar negeri), hampir semua orang menjawab makanan Indonesia bagi mereka artinya rumah. Kenapa? Melalui satu makanan Indonesia, sebut saja rendang, itu bisa mengingatkan bau rumahnya, neneknya yang selalu memasak, kebersamaan dengan keluarga, sejarah bagaimana rendang bisa menjadi makanan berkesan, dan masih banyak lagi. Yang gue maksud dengan masih banyak lagi itu memang banyak, salah satunya gue juga bisa membahas mengenai gender, soal bagaimana penbagian kerja di rumah, karena sebagian besar cerita mengenai makanan dan rumah selalu berkaitan dengan ibu yang memasak, bagaimana dengan bapak? Tapi lebih baik jangan dibahas lagi, nanti blog ini jadi terkesan berat banget bahasannya. Nah, kira-kira itu contoh kecil yang penjelasannya mungkin terlihat ribet dan membingungkan. Niat gue sekarang adalah menulis mengenai makanan dari sudut pandang yang mungkin terlihat aneh dan terlalu banyak nanya. Tapi itulah yang menyenangkan, gue suka dengan makanan, tapi gue juga suka bagaimana cerita yang bisa terbentuk dibalik dari satu makanan. Mari kita lihat akan kemana niat ini berjalan. Shalom. Tenang, gue enggak bermaksud untuk memakan Freiburg dalam arti sebenarnya. Hai sekali lagi, tulisan kali ini gue akan menuliskan sedikit tempat makan yang gue rasa enak dan cukup wajib dicoba seandainya kalian terdampar di Freiburg. Mungkin kalian berpikir kalau gue akan makan, makanan Jerman, ya, tapi enggak semua makanan Jerman gue coba, hanya beberapa aja, sisanya sesuai kehendak hati dan dompet. Sudah siap? Kita mulai dari sekarang! 1. Kim Phat Imbiss Maaf karena satu dan lain hal gue lupa foto tampak depan dari restoran ini. Sebagai orang Asia sejati, kita adalah orang yang merepotkan. Mungkin suka sama makanan Eropa, tapi kalau enggak makan makanan Asia kalau kata lagu dangdut itu kayak "Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbungaa...". Nah, itu yang bisa digambarkan tentang orang Asia dan makanannya. Selama satu bulan disana pada awalnya gue bertekad untuk enggak makan, makanan Asia, tetapi gue harus menyerah dengan restoran satu ini, KIM PHAT! Kim Phat ini kalau dijelaskan letaknya gue sendiri enggak hafal nama jalannya, ini dekat halte tram di Holzmarkt (kalau enggak salah tulis). Tempat ini kecil banget, hanya ada 6 meja kecil tinggi. Favorit gue disini adalah nasi goreng dengan daging bebek yang digoreng tepung kering, seharga 7,5 Euro, dan ayam goreng tepung kering dengan sayuran dimasak kari Thailand, kalau ini gue lupa harganya. Dua makanan itu porsinya naujubilah, tapi kalau sekali makan ini, malamnya gue dipastikan puasa. Satu lagi, bagi yang mencari makanan tanpa babi, restoran ini enggak ada menu babi secuil pun, jadi kalian bisa tenang. Gue disana baru mencoba 3 restoran Asia, tapi Kim Phat lah yang terbaik! 2. Sultan Kebab Makanan Turki adalah makanan yang akan paling sering ditemukan di Freiburg, atau bahkan di Jerman. Makanan Turki yang mungkin paling familiar adalah Kebab tapi saat gue datang ke Sultan Kebab, makanannya lebih banyak lagi, walaupun memang dominasi daging tidak bisa ditinggalkan. Gue makan di Sultan Kebab ini karena rekomendasi dari dosen gue yang sudah berkali-kali ke Freiburg, dan dia bilang ini yang paling enak. Kenyataannya? EMANG ENAK! Falafelnya enggak bisa dipungkiri memang enak, rempah di daging yang kuat itu diimbangi dengan saus yoghurt dan sayuran yang segar. Kalau Donner Teller itu gue nekat banget, baru beberapa hari di Freiburg dan belum terbiasa porsi besar, gue langsung makan ini dan sampai besok paginya gue masih kenyang. Donner Teller sendiri itu nasi dengan saus yoghurt, saus dari tomat segar, sayuran, dan daging kambing yang rempahnya terasa banget. Komposisi yang pas dan lebih pas lagi buat orang yang kelaperan. Lokasi sendiri lagi-lagi jangan mengandalkan gue, yang gue ingat ini tempatnya jalan dari Berstoldbrunnen ke arah Karlstad sampai ujung sebelum lampu merah belok kanan dan ini ada dipojokkan (semoga benar). Wajib dicoba! 3. Meier's Wurststand Kalau kata orang ke Jogja itu enggak afdol kalau belum makan Gudeg, kalau kata gue, belum afdol ke Jerman kalau belum makan sosisnya. Wurst atau yang seharusnya huruf "u" pakai umlaut (titik dua diatas) ini artinya sosis. Di Freiburg sendiri kari dengan sosis itu cukup terkenal, bahkan ada satu restoran yang menyajikan kari sosis dengan level kepedasan di luar otak. Namun, menurut gue rasa bumbu kari disana itu bukan kari, hanya rasa asam yang terasa dan pedasnya disana bukan pedas cabe rawit di Indonesia, tapi pedas yang kalau panas itu terasa di tenggorokan dan hidung. Jadi, gue merekomendasikan untuk mencoba kari sosis di Meier's ini. Seperti yang tertulis di foto, restoran ini awalnya bentuknya gerobak, mereka udah ada selama 60 tahun, jadi soal rasa bisa dijamin. Bagi gue ini yang enak, asam dari tomatnya seimbang dengan bumbu karinya dan lebih enak lagi makan dengan kentang. Lokasi ini sendiri terletak di Altstadt Freiburg, tepatnya di daerah belakang Burger King, darisana kalian cari sendiri deh hahaha. 4. Cafe Atlantik Bagi yang mencari makanan murah tapi memuaskan hati bisa datang ke Kafe Atlantik dari jam 11.00-20.00 (kalau tidak salah), pada jam ini adalah happy hour, di mana kalian bisa mendapatkan paket makanan murah. Paket favorit gue sendiri adalah pasta dengan berbagai jenis bir hanya seharga 5,00 Euro. Mungkin, tempat lain juga ada happy hour yang menyajikan pasta dengan harga murah tapi menurut gue rasanya kurang. Nah, di Atlantik ini rasa pastanya menurut gue enak, mulai dari yang pakai daging sampai yang sayuran semua rasanya enak karena bumbunya pas. Sayang karena gue terlalu terlena makan gue enggak sempet foto. Oya, kalau mau coba juga bisa makan Schnitzel, rasanya buat gue lumayan, tapi enggak gue rekomendasikan. 5. Markthalle Sebelumnya terima kasih kepada Eva yang membawa gue ke tempat ini. Markthalle sendiri adalah restoran buat turis, menurut gue. Kenapa? Karena di Markthalle sendiri dalam satu ruangan besar kalian bisa menemukan banyak makanan yang berasal dari berbagai negara, mulai dari Italia, Jepang, India, Perancis, Cina, sampai Brazil. Tempatnya cukup besar untuk membuat kalian bingung mau makan apa. Gue sendiri pertimbangan saat memilih makanan di Markthalle adalah makanan yang paling aneh dan susah gue temukan di Indonesia, tidak lain dan tidak bukan adalah makanan Brazil. Gambar diatas itu contohnya, namanya Feijoada. Aneh memang, tapi jangan salah, rasanya enak! Itu adalah gabungan dari nasi, kacang kedelai, bubuk apa itu gue enggak tahu, sayuran segar, sosis asap dengan potongan daging dan kacang merah, dan terakhir jeruk. Semua ini terlihat komposisi yang aneh, tapi kalau udah masuk mulut yang dilihat bukan penampilan lagi, tapi rasa! Rasanya enak karena rempah-rempah yang digunakan pas dan terasa. Jeruk disini memang aneh, itu bukan untuk jadi tambahan di makanan, tapi kalian makan setelah selesai makan, karena itu akan menetralkan rempah yang tadinya menguasai mulut.
KIra-kira itu tempat yang gue rekomendasikan. Selain itu sebenarnya juga ada toko es krim di dekat Stadttheater, murah dan enak banget, cocok buat musim panas. Selain itu buat yang cari harga murah bisa ke toko es krim dekat Burger King, disana kalau beli dengan menggunakan kartu tanda mahasiswa atau pelajar dari negara manapun kalian dapat diskon, jadi silahkan dicoba. Ini adalah makanan yang gue coba, di tulisan berikutnya gue akan menulis makanan yang dimasakkan untuk gue selama di Freiburg. Sekian dan selamat berpuasa ya, Ciao! Annyeooong semua! Mulai dari sapaan mungkin sudah terlihat kali ini gue akan mengulas makanan dan masakan dari Korea Selatan ini. Sedikit cerita sebelum membahas makanan, beberapa tahun belakangan ini, agak lama juga sih, gue kegandrungan Korea, mulai dari musik, drama televisi, variety show, sampai kebudayaan, serta bahasanya. Mungkin beberapa akan bilang gue terbawa tren Korea yang sekarang lagi berkembang ini, tapi gue bilang sih enggak juga, karena gue enggak segitunya juga. Kali ini gue sudah masuk ke tahap belajar masakan dari daerah sana ini, sudah cukup lama sebenarnya gue mulai belajar masak, masakan Korea, dimulai dari mencoba membuat kimchi, dan dimulai darisana petualangan gue pun berjalan. Tips gue sebelum mulai membahas masakan dan makanan Korea adalah kalian harus cari dulu kalian mau masak apa dan bagaimana, serta apa bahan yang dibutuhkan. Mengapa? Karena kalau kalian enggak tahu mau masak apa, cuma tahu jenis masakannya aja, itu akan menyusahkan kalian saat berbelanja bahan. Gue bisa bilang begini karena hari ini gue ke supermarket Korea di daerah Blok M, namanya adalah "New Seoul". Di supermarket ini semuanya adalah bahan masakan Korea, sampai ke alat makan dan masak. Kalian mau cari bahan apapun mereka punya, secara yang belanja disana Ahjumma semua, jadi mereka bawel dengan bahasa Korea sambil belanja. Nah, singkat cerita pas gue lagi belanja disana, masuklah cewek dengan dandanan super gaul masuk terus cuma bilang, "Waahh ada ddeokbokki!!". Oiya, ddeokbokki adalah makanan atau cemilan Korea, yaitu dari kue beras yang dimasak dengan pasta cabai merah dan lain-lain deh. Nah, si cewek ini langsung beli aja, tapi dia enggak tahu dimasaknya pakai apa. Hal kayak gini nih yang harus dihindari, karena di supermarket ini sebenarnya udah tertata, dan kalian akan gampang belanja kalau udah tahu bentuk bahannya kayak apa. Oke, mari lanjut ke pembahasan masakan dan makanan Korea yang cukup gue rekomendasikan. 1. Kimchi~ Maaf sebelumnya kalau kualitas gambarnya kurang mendukung, maklum cuma pakai handphone. Oke, jadi sebagai petualang makanan Korea, gue mencoba membuat kimchi, tapi sayangnya hasilnya kurang enak karena bubuk cabai yang dipake bukan khusus dari korea, karena rasanya nanti akan berbeda. Kalau mau bikin kalian harus cari bubuk cabai yang dari Korea atau mungkin yang biasa dipakai di masakan India, jangan beli yang botolan kecil. Nah, kembali ke gambar diatas, diatas itu adalah merk kimchi yang selalu gue beli. Gue suka rasa kimchi ini karena tidak terlalu kuat asamnya dan tidak berbau yang sangat menyengat. Merk ini bisa kalian temukan di beberapa supermarket, salah satunya Hero, bukan maksud promosi, tapi di supermarket itu pasti ada. Harganya pun cukup terjangkau, untuk ukuran sedang bisa dibeli seharga kurang lebih 19.000 Rupiah. Saran pribadi dari gue, kimchi gue paling suka dimakan dengan sup panas yang asin, apalagi sup pangsit, enak banget! Biasanya kalau setelah makan sup yang asin mulut kalian akan terasa, rasa asin yang tertinggal cukup lama kan, nah dengan memakannya bersamaan dengan kimchi, rasa asinnya menjadi seimbang dengan kimchi yang asam ini. Wajib dicoba! 2. Ayam Goreng Korea-korea(an) Kenapa judulnya ayam goreng Korea-korea-an, karena ini sebenarnya resep pribadi dan iseng. Kenapa jadi Korea? Karena bahan utamanya adalah bahan-bahan yang biasa dipakai di masakan Korea. Jadi ini ayam goreng cukup enak, bagi gue, karena gue yang masak, dan bagi kakak gue sebagai satu-satunya orang yang ada di rumah waktu itu. Ayam goreng ini cukup mudah dibuat, bahan dan cara buatnya seperti ini
Bahan: Dada ayam Gochujang (pasta cabai merah) Minyak Wijen Soy sauce Lada dan garam secukupnya Tepung terigu Minyak Ikan Cara membuat: Semua bahan diatas itu secukupnya aja, jadi kalian kira-kira, karena gue masak juga kira-kira. Pertama di satu mangkuk kalian campurkan gochujang, minyak wijen, minyak ikan, soy sauce, lada dan garam. Setelah semua tercampur rata dicampurkan ke dada ayam yang sudah tersedia, setelah itu sebaiknya didiamkan selama kurang lebih 1 jam sampai sekiranya bumbu meresap atau saran pribadi kalau mau makin meresap bisa di kukus sebentar. Setelah bumbu meresap ke ayam, ayam dibalurkan di tepung terigu, tapi jangan terlalu tebal, setelah itu digoreng dengan minyak secukupnya, dengan api sedang, kalau api terlalu besar dan minyak terlalu panas, lapisan luar bisa gosong, tapi daging ayamnya tidak matang. Setelah kulit keemasan dan daging ayam di dalamnya matang, ditiriskan, dan bisa disajikan dengan nasi, atau seperti gambar gue, sayuran rebus dan jagung. Selamat mencoba! Dalam rangka pengangguran, beberapa bulan yang lalu gue melakukan berbagai eksperimen dalam makanan, mulai dari yang berbau Korea sampai Italia. Nah, kali ini gue mau sedikit cerita mengenai satu website yang sangat membantu gue dalam belajar masak. Website ini tidak lain adalah milik Jamie Oliver, si bapak lumayan kece dan pintar memasak. Dalam website ini ada banyak kategori yang bisa kalian pilih, sesuai dengan tema bahan yang digunakan. Setelah kalian tahu tema bahan apa yang sekiranya kalian suka, nanti di dalamnya ada pilihan menu dari bahan yang kalian ingin gunakan. Kali ini gue memilih untuk memasak "Mince" atau daging cincang. Pilihan gue setelah memilih bahan adalah masakannya. Gue ingat satu adegan di film Will Smith yang dia jadi pahlawan selebor itu, ada adegan dia makan spaghetti dengan bakso, terinspirasi dari film itu makanya gue memilih untuk memasak "Meatballs and Pasta". Seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas itu adalah gambar makanan yang gue bikin, tapi jelas hasil yang gue bikin enggak seindah yang dibuat oleh Jamie. Secara rasa menurut gue enak dan menurut orang rumah yang makan masakan gue juga bilang enak. Dari segi resep masakan ini tidak terlalu mudah dan terlebih lagi di saus tomat yang digunakan tidak terlalu banyak bumbu, tetapi rasa atau bumbu yang kuat akan ditemukan di meatballsnya, dan ini sangat cocok untuk dijadikan makan siang, atau ya makan malam juga boleh. Tips dari gue sendiri, walaupun mungkin saran ini salah, kalau membuat meatballsnya agak sulit menggunakan biskuit, kalian bisa menggunakan breadcrumbs atau tepung yang biasa dipakai bikin tempura yang teksturnya kasar dan besar-besar, itu akan lebih mudah (menurut gue ya). Selain itu kalau saat membuat saus tomatnya dirasa kurang bumbu, memang itu adanya, karena nanti saat kalian makan dengan meatballsnya, saus tomatnya akan menyatu dengan daging. Demikian cerita singkatnya, maaf kalau tidak ada bukti gue udah masak, karena handphone yang saya miliki rusak dan gambarnya lenyap ditelan teknologi.
Ini alamat resepnya: http://www.jamieshomecookingskills.com/recipe.php?title=meatballs-pasta-1_ Selamat Akhirnya setelah sekian waktu absen dari dunia tulis menulis tentang makanan, sekarang gue akan menyajikan sekitar tiga tempat makan yang beberapa waktu lalu sudah dicoba.
Seoul Garden Express, seperti namanya sudah menunjukan bahwa tempat makan ini menyajikan makanan sehat yang cepat saji, tapi tentu saja sehat. Oke, tempat makan ini sebenarnya tidak hanya ada di Mall Kelapa Gading, tapi kebetulan gue lagi kesana makanya dicoba untuk makan di tempat ini. Sesuai namanya lagi, ini merupakan tempat makan yang menyajikan makanan khas Korea. Namun, bukan berarti semua menu berbau Korea ada, disini (kalau tidak salah) hanya menyajikan seperti "nasi campur" Korea, bibimpab dan teman-temannya. Entah kenapa, dari segi rasa yang mendominasi adalah asamnya yang berasal dari kimchinya. Sup kimchinya rasanya tidak terlalu kuat, jadi menyeimbangi rasa asam dari bibimpabnya. Nah, dengan biaya 45.000 rupiah dapat gratisan minuman, yaitu teh barley, yaitu teh gandum. Secara keseluruhan gue pribadi gak terlalu suka, soalnya rasa asamnya terlalu dominan, jadi rasa dari daging dan dan unsur lainnya tidak terasa. Tapi untuk keseluruhan wajib dicoba untuk pecinta Korea! Selamat menikmati. Rasane Seafood! Nah, ini salah satu restoran favorit yang terbaru, dan andalannya adalah kepiting masak asap!! Demi apapun rasanya enak banget, rasa asapnya tetep ada, tapi disamping itu bumbu yang lainnya tetap terasa. Pokoknya wajib dicoba kalau kesini. Rasane Seafood ini terletak di Alam Sutera, jadi cukup strategis untuk dijangkau melalui jalan tol. Kalau dari segi tempat, tempatnya ada dua pilihan, bisa makan di luar atau di dalam, dua-duanya enak. Oya, ada dua menu lain yang wajib dicoba, tapi ini emang kesukaan gue pribadi sih, yaitu cumi goreng tepung sama udang telur asin. Cumi goreng tepungnya enak apalagi mereka menyediakan saus semacam mayonaise. Udang telur asin itu adalah syurga. Gue pribadi suka banget telur asin, jadi udah digoreng dengan telur asin itu adalah kombinasi yang PAS!! Jadi, boleh dicoba dan selamat menikmati.
|
Archives
April 2014
Categories |